Nama Indonesia Berasal dari Usulan Seorang Etimolog Inggris Pada Tahun 1850



Sayup-sayup terdengar lagu "Indonesia pusaka abadi yang jaya ... yang dipuja-puja berbagai bangsa sejak dulu kala"

Betulkah Indonesia pusaka abadi yang jaya yang dipuja-puja berbagai bangsa sejak dulu kala?

Bohong.

Itu hanyalah kebohongan nasional yang disepakati bersama untuk memberi sugesti rasa percaya diri sebagai bangsa dan negara.

Indonesia juga bukan pusaka abadi yang jaya.

Catatan dari masa lalu menyebut kepulauan di anara Indocina dan Australia dengan aneka nama,

Bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan").

Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang).

Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas" yang ditafsirkan adalah Pulau Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan ini sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatra), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").

Selanjutnya, kawasan politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda). Lalu, pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.

Dari mana datangnya nama Indonesia?

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur"). Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas, sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia "... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia".

Nama Indunesia atau Indonesia berasal dari dua kata Yunani yaitu, Indus yang berarti "India" dan kata Nesos yang berarti pulau/kepulauan, maka "Indo-nesia" berarti "kepulauan India".

Indonesia baru resmi sebagai nama bangsa dan negara pada proklamasi kemerdekaan 1945, setelah sebelumnya terumuskan sebagai bangsa Indonesia dalam kongres pemuda 1928: "Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."

Dalam perjalanannya kemudian, Indonesia mengalami tragedi tsunami politik-ekonomi pada 1965/1966. Presiden Soekarno yang cengkeraman politiknya sangat besar pun jatuh tersungkur menjalani hari-hari sunyi sepi sendiri.

Berganti dengan rezim orde baru.

Lalu, tragedi tsunami politik-ekonomi terjadi lagi pada 1997/1998. Presiden Soeharto yang super kuasa pun jatuh tersungkur dalam sunyi sepi sendiri seperti Soekarno dalam versi yang berbeda.

Berganti era berjudul reformasi

Akankah tsunami politik-ekonomi terjadi lagi? Kapan?

Jika melihat bahaya dampak kenekatan permainan politik tidak senonoh dan pengelolaan ekonomi menggunakan trik sulap dan trik copet, mungkin saja terjadi tsunami politik-ekonomi 2024/2025. Juga, merujuk pola siklus 1965/1966 dan 1997/1998 nampaknya ada cocokologi bisa terjadi lagi.


zid
Next Post Previous Post