Intrik dan Pengkhianatan di Ujung Runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah


Menjelang runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah, intrik dan pengkhianatan mewarnai hari-hari terakhir imperium Muslim terbesar dan terkuat dalam sejarah itu.


Selama lebih dari enam ratus tahun Kesultanan Utsmaniyah memerintah, kekuasaannya membentang dari Budapest hingga ke Sanaa, dari Aljir hingga ke Baghdad. 


Akhir Pahit Kekhalifahan

Sempat memuncak di abad 16 dan 17 pada era Kesultanan Sulaiman Agung, kekuasaan Utsmaniyah mulai goyah di akhir abad ke 19 lantaran perang di luar negeri dan gejolak di dalam negeri. Terutama perang melawan Kekaisaran Rusia di kawasan Balkan banyak menguras kekuatan Utsmaniyah.


Imperium dalam Gejolak

Pada awal 1900an, Utsmaniyah digoyang sejumlah peristiwa besar, yakni revolusi Gerakan Turki Muda yang menuntut modernisasi, perang melawan Italia di Libya, pertempuran besar dalam Perang Balkan melawan Serbia, Montenegro, Yunani dan Bulgaria, serta percobaan kudeta oleh kaum reformis.


Triumvirat Pasha

Setelah kudeta imperium raksasa itu dikuasai tiga Pasha di awal abad ke20, yakni Menteri Dalam Negeri Mehmed Talaat Pasha, Menteri Kemaritiman Ahmed Djemal Pasha dan Menteri Perang Ismail Enver Pasha yang masih berusia muda. Lewat aksinya, ketiga Pasha kemudian menggariskan tanggal kematian imperium.


Ambisi Sang Menteri

Enver yang ambisius mengidamkan perang sebagai ajang demonstrasi kekuatan Turki. Tanpa mengabarkan anggota kabinet lain, sang menteri memerintahkan dua kapal perang Jerman agar menyamar sebagai kapal Turki dan menyerang pangakalan militer Rusia di Odessa, Sevastopol, dan Theodosia. Hasilnya Enver menyeret Turki ke kancah Perang Dunia I.


Kehancuran Total

Hasilnya adalah kehancuran total kekuatan militer Utsmaniyah. Satu per satu wilayah jajahannya direbut oleh Rusia, Inggris, Italia dan Perancis. Puncaknya adalah ketika imperium Eropa memaksa Turki menandatangani perjanjian Sèvres yang membagi-bagi wilayah Turki ke dalam negara kecil.


Khalifah Terakhir

Adalah Mehmet VI, khalifah ke-100 Islam dan sultan terakhir Utsmaniyah yang kemudian menuruti hampir semua tuntutan Eropa untuk bisa mempertahankan kekuasaannya. Corak pemerintahannya yang lemah membuat tuntutan untuk membubarkan kesultanan menguat. Terutama di tengah perang kemerdekaan Turki melawan Yunani.


Mustafa Kemal Atatürk

Di saat penuh gejolak itu Mustafa Kemal Ataturk komandan militer Turki selama perang kemerdekaan, menjelma menjadi pahlawan rakyat. Kesultanan tidak berkutik ketika Kemal Ataturk mulai melucuti kekuasaannya dan perlahan mengubah Turki menjadi negara sekuler modern.



DW/ZID

Next Post Previous Post