Header Ads

Interupsi, Saya Pakde Pithecanthropus 'Orang Jawa Asli'

Menurut studi, seperti kebanyakan kelompok etnis Indonesia yang lain, orang Jawa merupakan bangsa Austronesia-Austroasiatik yang bermigrasi melalui Filipina hingga mencapai pulau Jawa antara tahun 1500 SM hingga 1000 SM.


Dan, menurut studi genetik terbaru, masyarakat Jawa bersama dengan masyarakat Sunda dan Bali memiliki rasio penanda genetik yang hampir sama antara genetik bangsa Austronesia dan Austroasiatik.

Sejarawan lain meyakini bahwa asal-usul suku Jawa berasal dari orang-orang Yunan, di negara China.


Teori ini dikemukakan sejarawan asal Belanda, Prof Dr. H. Kern mengungkapkan penelitiannya pada tahun 1899. Dia menyebutkan bahwa bahasa daerah di Indonesia mirip satu sama lain.

Ia menarik kesimpulan jika bahasa tersebut berasal dari akar rumpun yang sama yaitu rumpun Austronesia. Hal itu yang menyakini sejarawan sebagai asal-usul terbentuknya Suku Jawa.

Teori lain mengatakan bahwa masyarakat Jawa berasal dari Kerajaan Keling atau Kalingga yang berada di daerah India Selatan. Salah satu Pangeran Kerajaan Keling yang tersisih akibat perebutan kekuasaan pergi meninggalkan kerajaan dan diikuti dengan para pengikutnya.

Pangeran Keling pergi sangat jauh dari kerajaan. Akhirnya Pangeran Keling menemukan sebuah pulau yang belum berpenghuni dan melakukan gotong royong untuk membangun pemukiman bersama pengikutnya, yang kemudian pulau ini diberi nama Javacekwara.

Hal tersebut menjadikan keturunan pangeran dan para pengikutnya dianggap sebagai nenek moyang Suku Jawa.

 
Mana yang benar?

Beberapa warga Indonesia melakukan tes DNA untuk mengetahui asal usul mereka, namun justru membuat mereka berpikir ulang tentang arti etnis kebangsaan.
 
Video: Hasil tes DNA menjawab siapakah orang 'asli' Indonesia


Nah, Ini Dia 'Orang Jawa Asli' dan 'Orang Indonesia Asli'
 
Manusia Jawa (Homo erectus erectus) adalah jenis Homo erectus yang pertama kali ditemukan. Pada awal penemuan diberi nama ilmiah Pithecanthropus Erectus oleh Eugène Dubois, pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkoraknya di Trinil, Ngawi pada tahun 1891. 

Ketika itu, Eugène Dubois tidak berhasil mengambil banyak fosil Pithecanthropus di pulau jawa, melainkan hanya tempurung tengkorak, tulang paha atas, dan tiga giginya. Sampai saat ini pun belum ditemukan bukti yang jelas bahwa ketiga tulang tersebut berasal dari spesies yang sama. Sebuah laporan berisi 342 halaman ditulis pada waktu itu tentang keraguan validitas penemuan tersebut. Meskipun demikian, manusia Jawa masih dapat ditemukan di buku-buku pelajaran saat ini.

Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di desa Sangiran, Jawa Tengah, sekitar 18 km ke Utara dari kota Solo. Fosil berupa tempurung tengkorak manusia ini ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, seorang ahli paleontologi dari Berlin, pada tahun 1936. Selain fosil, banyak pula penemuan-penemuan lain di situs Sangiran ini.

Jenis jenis Manusia Purba di Indonesia

Meganthropus Palaeojavanicus

Jenis jenis manusia purba yang pertama adalah Meganthropus Palaeojavanicus. Jenis manusia purba ini ditemukan sekitar tahun 1936 di kawasan Sangiran. Fosil dari manusia purba ini ditemukan oleh arkeolog asal Belanda bernama Van Koenigswald.
Ciri-ciri yang dimiliki manusia purba ini adalah ukuran tubuhnya yang tinggi. Kemudian tulang pipi yang tebal, otot rahang yang kuat, bentuk tubuh yang tegap, tulang kening yang menonjol, tak memiliki dagu serta memiliki bentuk kepala dengan tonjolan di belakang yang tajam.

Pithecanthropus Erectus

Jenis jenis manusia purba yang kedua adalah Pithecanthropus Erectus. Manusia purba ini diperkirakan hidup pada satu hingga dua juta tahun yang lalu. Fosilnya pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1890. Dubois menemukan fosil bagian geraham manusia purba di Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil.
Pithecanthropus Erectus memiliki ciri – ciri berupa tengkuk dan geraham yang kuat, tubuhnya masih belum tegap sempurna, hidung yang tebal, dan dahinya lebih menonjol dan lebar. Ukuran tinggi manusia purba ini rata-rata berkisar antara 165 cm sampai 180 cm dan memiliki otak sekitar 750 cc hingga 1350 cc.

Pithecanthropus Mojokertensis

Jenis jenis manusia purba yang ketiga adalah Pithecanthropus Mojokertensis. Fosil jenis manusia purba ini pertama kali ditemukan pada tahun 1939 di daerah Mojokerto. Van Koenigswald kembali menjadi pelaku utama yang menemukan fosil manusia purba ini. Fosil manusia purba yang ia temukan diperkirakan masih berusia 6 tahun. Kemudian pada tahun 1936, fosil manusia purba ini kembali ditemukan di kota yang sama, namun dengan orang yang berbeda, yaitu Widenreich.
Ciri-ciri dari Pithecanthropus Mojokertensis adalah tulang tengkorak yang dimilikinya tebal, tingginya sekitar 165 sampai 180 cm, tidak memiliki dagu, dan memiliki postur badan yang tegap.

Pithecanthropus Soloensis

Jenis jenis manusia purba yang keempat yaitu Pithecanthropus Soloensis. Dari namanya sudah bisa ditebak di mana jenis manusia purba ini ditemukan. Ya, fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Ngandong, Solo sekitar tahun 1931 sampai 1933. Arkeolog Belanda, Van Koenigswald menemukan fosil manusia purba ini bersama dengan Openorth.
Manusia purba ini memiliki ciri-ciri berupa tulang belakang yang menonjol, rahang bawah yang kuat, hidungnya lebar, dan tulang pipi yang kuat serta menonjol. Tinggi dari Pithecanthropus Soloeinsis diperkirakan berkisar antara 165 hingga 180 cm. Manusia purba ini adalah pemakan tumbuhan, namun kerap juga berburu hewan untuk dijadikan santapan.

Homo Floresiensis

Jenis jenis manusia purba yang kelima adalah Homo Floresiensis. Jenis manusia purba ini ditemukan di pulau Flores, Nusa Tenggara. Diperkirakan manusia purba ini hidup sekitar 12 ribu tahun yang lalu.
Sebutan ‘homo’ pada manusia purba ini karena kebiasaan mereka yang hampir mirip dengan manusia modern saat ini. Manusia purba Homo Floresiensis juga sudah bisa hidup berdampingan dengan jenis manusia purba lainnya. Mereka telah mengerti berbagai kegiatan dan disebut juga sebagai mahkluk ekonomi.

Homo Floresiensis memiliki ciri-ciri yaitu bentuk dahinya yang sempit dan tidak menonjol, tulang rahangnya menonjol, volume otak 380 cc serta tengkorak kepalanya yang kecil. Ukuran tinggi manusia purba ini hanya sekitar satu meter.
 
Homo Wajakensis

Jenis jenis manusia purba yang keenam adalah Homo Wajakensis. Penemu fosil dari manusia purba ini adalah Eugene Dubois. Ia menemukan fosil Homo Wajakensis di daerah Campur Darat Tulungagung Jawa Timur. Manusia purba ini sudah hidup di zaman yang lebih modern, dengan adanya bukti penemuan peralatan yang bersamaan dengan fosil ini.
Ciri-ciri manusia purba ini adalah bentuk wajah dan hidung yang datar dan lebar, tulang pipinya menonjol ke samping, letak hidung dan mulut sedikit jauh. Tinggi dari manusia purba ini diperkirakan sekitar 130 hingga 210 cm, dan sudah mampu berjalan dengan tegap.

Homo Soloensis

Jenis jenis manusia purba yang ketujuh yaitu Homo Soloensis. Selain jenis Pitecanthropus, daerah Solo juga ditemukan fosil dari manusia purba lain, yaitu Homo Soloensis. Penemu fosil manusia purba ini adalah Weidenrich dan Koenigswald pada tahun 1931. Jenis manusia purba ini diperkirakan sudah hidup sekitar 300.000 sampai 900.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri yang dimiliki manusia purba ini yaitu tinggi badannya yang mencapai 130 hingga 210 cm, tubuhnya tegap dan juga memiliki struktur tulang wajah yang tidak mirip dengan manusia kera. Volume otak mereka berkisar antara 1000 cc hingga 1300 cc.

Homo Sapiens

Jenis jenis manusia purba yang kedelapan adalah Homo Sapiens. Untuk manusia purba yang satu ini, mungkin sudah banyak orang yang tidak asing dengan namanya. Manusia purba ini dikatakan adalah manusia purba yang mendekati manusia modern saat ini.
Homo Sapiens telah mengenal kehidupan sosial dan juga lebih cerdas. Beberapa bentuk tubuhnya juga mirip dengan manusia saat ini, seperti bentuk tengkuk yang sudah kecil, tulang wajah yang tidak menonjol, memiliki dagu, dan tulang rahang yang tidak terlalu kuat. Volume otaknya sendiri berkisar antara 1000 cc sampai 1200 cc.
 
Video: Nenek Moyang Orang Sunda


zid,wiki, bbc